Menurut Surajiyo (2012: 162) Pragmatisme berasal dari
kata “pragma” yang merupakan bahasa
Yunani yang berarti tindakan atau perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam
filsafat yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1900, yang berpandangan
bahwa kriteria kebenaran sesuatu dilihat dari apakah sesuatu itu memiliki
kegunaan bagi kehidupan nyata.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya benar dengan berpengang pada
logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asalkan membawa
akibat yang praktis dan kebenaran tersebut bermanfaat, (Hadiwijono, 1990:130).
Sedangkan menurut Sumarna (2004: 85) teori pragmatisme
dapat disebut sebagai teori kebenaran yang paling baru. Teori ini merupakan
sumbangan paling nyata dari para filosof berkebangsaan Amerika terhadap
komunitas filsafat dunia. Teori ini muncul dengan background telah
berkembangnya kemajuan- kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke 19 terutama
setelah teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Menurut kelompok
ini, suatu pernyataan dianggap benar jika melalui pengukuran ada atau tidak
adanya kebenaran itu terhadap kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan
menjadi benar apabila mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut sehingga dapat
diketahui bahwa pragmatisme berpandangan bahwa suatu kebenaran adalah jika
segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Contohnya menjadi
seorang pendidik adalah kebenaran, jika memperoleh kenikmatan intelektual,
mendapatkan gaji atau pun yang memiliki nilai kuantitatif atau kualitatif.
Sebaliknya jika memberikan kemudharatan, maka tindakan tersebut bukan susatu
kebenaran.
Aliran Pragmatisme mengajarkan
bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini
menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfa’at secara praktis. Jadi
patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan
praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah
logika pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfa’at
secara praktis misalnya ada penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga
magis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang bermanfaat secara
praktis.
Tokoh-tokoh yang cukup aktif dalam
pengembangan pragmatisme adalah: Charles Sanders Peirce, William James dan John
Dewey. Pragmatisme mula-mula dikenalkan oleh Charles Sanders Peirce
(1839-1914). Filosof Amerika yang pertama kali menggunakan pragmatisme sebagai
metode filsafat, tetapi pengertian pragmatisme telah terdapat juga pada
Socrates, Aristoteles, Barkeley, dan Human.
1.
William James (1842-1910 M),
mengemukakan, bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab
pengalaman kia berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam
perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa
yang benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Menurutnya, pengertian
atau putusan itu benar, jika pada praktek dapat dipergunakan. Putusan yang tak
dapat dipergunakan itu keliru.
2.
John Dewey (1859-1952 M), menyatakan
bahwa, manusia itu bergerak dalam kesunguhan yang selalu berubah. Jika Ia
sedang menghadapi kesulitan, maka mulailah ia berpikir untuk mengatasi
kesulitan itu. Jadi, berpikir tidaklah lain daripada alat untuk bertindak.
Pengertian itu lahir dari pengalaman. Pandangannya mengenai filsafat sangat
jelas bahwa filsafat memberi pengaruh global bagi tindakan dalam kehidupan
secara riil. Filsafat harus bertitik tolak pada pada pengalaman, penyelidikan,
dan mengolah pengalaman secara aktif dan kritis.
Sumber:
Surajiyo. 2012. Ilmu Filsafat
Suatu Pengantar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hadiwijono, Harun. 1990. Sari Sejarah Filsafat Barat II.
Yogyakarta : Kanisius.
Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu Dari Hakikat Menuju Nilai.
Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar