Rabu, 21 Desember 2016

Aliran Filsafat Pendidikan - Perennialisme


1.    Aliran Perennialisme
Filsafasat pendidikan Perenialisme adalah  mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan  kekacauan dan ketidak pastian,dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral,intelektual,dan sosio kultural,untuk memperbaiki keadaan ini dengan kembali kepada nilai nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat pada zaman dulu abad pertengahan (Perealisme membicarakan tentang nilai kebenaran,nilai ini sudah ada pada setiap budaya yang ada pada masyarakat).
Ciri Utama  memandang  Perenialisme  bahwa keadaan sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran, berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengaman lapangan moral,inteltual dan lingkungan sosial kultural yang lain,ibarat kapal yang akan berlayar zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas .
Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah (Sadullah Uyoh,2004: 23) :
a.    Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
b.    Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
c.    Nilai bersifat tak berubah dan universal.
d.   Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan (renaissance).
2.    Prinsip-Prinsip Pendidikan Perenialisme
Di bidang pendidikan, Perenialisme sangat dipengaruhi oleh: Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas.  Dalam hal ini pokok pikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum universal. Maka tujuan utama pendidikan adalah “ membina pemimpin yang sadar dan mempraktekan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.”
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu : nafsu, kemauan, dan pikiran. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi, dan intelek harus dikembangkan secara seimbang. Seperti halnya Plato dan Aristoteles, tujuan pendidikan yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah sebagai “Usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas aktif dan nyata”. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar  dan memberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu :
a.    Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia adalah sama. Robert M.Hutckin sebagai pelopor perenialisme di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional( ini adalah pandangan Aristotelesan ). Tujuan pendidikan adalah adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijaksanaan dan kebaikan.
b.    Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya. Manusia adalah makhluk bebas, namun  mereka harus belajar untuk memperhalus pikiran dan mengontrol nafsunya. Apabila anak gagal dalam belajar, guru tidak boleh dengan cepat meletakkan kesalahan pada anak.guru harus mampu mengatasi semua gangguan tersebut, dengan melakukan pendekatan secara intelektual yang sama bagi semua siswa.
c.    Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentangan  kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Yang dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran “ general education”, yang meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni dan 3 R’s (membaca, menulis dan berhitung). Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari general education.
d.   Pendidikan merupakan bukan peniruan hidup, melainkan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi krhidupan yang nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang artificial di mana ia berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan social budaya.
e.    Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, politik dan ekonomi.
Hutckins menyusun kurikulum untuk sekolah menengah dan universitas yang berpusat pada buku-buku besar di atas. Keuntungan dari mempelajari buku-buku klasik yang besar tersebut adalah siswa belajar apada apa yang telah terjadi di masa lampau yang telah difikirkan oleh orang-orang besar terdahulu. Siswa belajar  berfikir  untuk dirinya, karena dengan berkemampuan berfikir siswa akan memiliki pedoman untuk mampu mengatasi segala masalah kehidupan yang ia hadapi. Segala masalah akan mudah dipecahkan dengan menggunakan prinsip-prinsip dan kebijakan yang dimiliki manusia.

Sumber:
Jalaluddin, Abdullah Idi.(2007). Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan pendidikan. Yogyakarta:Media Ar-Ruzz.
Sadulloh, Uyoh. 2014. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar