1. Aliran
Perennialisme
Filsafasat
pendidikan Perenialisme adalah
mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan dan ketidak pastian,dan ketidak
teraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral,intelektual,dan sosio
kultural,untuk memperbaiki keadaan ini dengan kembali kepada nilai nilai atau
prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat pada zaman dulu abad
pertengahan (Perealisme membicarakan tentang nilai kebenaran,nilai ini sudah
ada pada setiap budaya yang ada pada masyarakat).
Ciri Utama memandang
Perenialisme bahwa keadaan
sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan,
kebingungan dan kesimpang siuran, berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman
yang membutuhkan usaha untuk mengaman lapangan moral,inteltual dan lingkungan
sosial kultural yang lain,ibarat kapal yang akan berlayar zaman memerlukan
pangkalan dan arah tujuan yang jelas .
Perenialisme mempunyai ciri-ciri
tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah (Sadullah Uyoh,2004: 23) :
a. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan
oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
b. Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan,
kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
c. Nilai bersifat tak berubah dan universal.
d. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui
nilai zaman pertengahan (renaissance).
2. Prinsip-Prinsip
Pendidikan Perenialisme
Di bidang pendidikan, Perenialisme sangat dipengaruhi oleh: Plato,
Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran Plato
tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum
universal. Maka tujuan utama pendidikan adalah “ membina pemimpin yang sadar
dan mempraktekan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.”
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu : nafsu,
kemauan, dan pikiran. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah
“kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi,
dan intelek harus dikembangkan secara seimbang. Seperti halnya Plato dan
Aristoteles, tujuan pendidikan yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah
sebagai “Usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas
aktif dan nyata”. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar dan memberi
bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
dirinya. Beberapa
prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu :
a. Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada
hakikatnya manusia adalah sama. Robert M.Hutckin sebagai pelopor perenialisme
di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan
rasional( ini adalah pandangan Aristotelesan ). Tujuan pendidikan adalah adalah
sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijaksanaan dan kebaikan.
b.
Rasio merupakan
atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk
mengarahkan sifat bawaannya. Manusia adalah makhluk bebas, namun mereka
harus belajar untuk memperhalus pikiran dan mengontrol nafsunya. Apabila anak
gagal dalam belajar, guru tidak boleh dengan cepat meletakkan kesalahan pada
anak.guru harus mampu mengatasi semua gangguan tersebut, dengan melakukan
pendekatan secara intelektual yang sama bagi semua siswa.
c. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentangan kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasi dan
ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih
aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Yang dipentingkan dalam kurikulum
adalah mata pelajaran “ general education”, yang meliputi bahasa, sejarah,
matematika, IPA, filsafat dan seni dan 3 R’s (membaca, menulis dan berhitung).
Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari general education.
d. Pendidikan merupakan bukan peniruan hidup,
melainkan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi
krhidupan yang nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang
artificial di mana ia berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan social
budaya.
e. Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar
dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, politik dan ekonomi.
Hutckins
menyusun kurikulum untuk sekolah menengah dan universitas yang berpusat pada
buku-buku besar di atas. Keuntungan dari mempelajari buku-buku klasik yang
besar tersebut adalah siswa belajar apada apa yang telah terjadi di masa lampau
yang telah difikirkan oleh orang-orang besar terdahulu. Siswa belajar
berfikir untuk dirinya, karena dengan berkemampuan berfikir siswa akan
memiliki pedoman untuk mampu mengatasi segala masalah kehidupan yang ia hadapi.
Segala masalah akan mudah dipecahkan dengan
menggunakan prinsip-prinsip dan kebijakan yang dimiliki manusia.
Sumber:
Jalaluddin, Abdullah Idi.(2007). Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan pendidikan. Yogyakarta:Media
Ar-Ruzz.
Sadulloh, Uyoh. 2014. Pengantar Filsafat
Pendidikan. Bandung : ALFABETA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar