Rabu, 21 Desember 2016

Pemikiran Filsafat Imam al-Ghazali



a. Metafisika Al-Ghazali
Dalam pemikiran filsafat Al-Ghazali, terdapat empat unsur pemikiran filsafat yang mempengaruhinya. Keempat unsur tersebut sebenarnya merupakan hal-hal yang ditentang oleh Al-Ghazali, yaitu:
1) Unsur pemikiran kaum mtamakallimin
2) Unsur pemikiran kaum filsafat
3) Unsur kepercayaan kaum bathiniah
4) Unsur kepercayaan kaum sufi
Menurut Al-Ghazali terdapat beberapa buah filosof yang dipandang tersebut antara lain: Tuhan tidak mempunyai sifat; Tuhan mempunyai substansi dan tidak mempunyai hakikat; Tuhan tidak dapat diberi sifat; planet-planet adalah bintang yang bergerak dengan kemauan; Hukum alam tak dapat berubah; dan Jiwa planet-planet mengetahui semua.
Di samping itu Al-Ghazali juga telah berpolemik terhadap filsafat pada umumnya yang tertuang di dalam karya beliau yang berjudul Tahafut al-Falasifah. Dalam buku tersebut secara umum Al-Ghazali menyerang pendapat-pendapat filsafat Yunani dan filsafat Ibnu Sina yang meliputi 20 masalah antara lain:
1) Al-Ghazali menyerang dalil-dalil filsafat (Aristoteles) tentang azalinya alam dan dunia. Di sini Al-Ghazali berpendapat bahwa alam (dunia) berasal dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan oleh tuhan.
2) Al-Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat (Aristoteles) tentang pastinya keabadian alam. Ia berpendapat bahwa soal keabadian alam itu terserah kepada Tuhan semata-mata. Mungkin saja alam itu terus menerus tanpa akhir andaikata Tuhan menghendakiniya. Akan tetapi bukanlah suatu kepastian harus adanya keabadian alam disebabkan oleh dirinya sendiri di luar iradat Tuhan.
3) Al-Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat bahwa Tuhan hanya mengetahui soal-soal yang besar saja, tetapi tidak mengetahui soal-soal yang kecil-kecil (juz iyat).
4) Al-Ghazali juga menentang pendapat filsafat bahwa segala sesuatu terjadi dengan kepastian hukum sebab dan akibat semata-mata, dan mustahil ada penyelewengan dari hukum itu. Bagi Al-Ghazali segala peristiwa yang serupa dengan hukum sebab akibat itu hanyalah kebisaaan (adat) semata-mata, dan bukan hukum kepastian.
Dalam hal ini jelas Al-Ghazali meyokong pendapat Ijraul-’adat dari Al-Asyari. Tiga pikiran filsafat metafisika yang menurut Al-Ghazali sangat berlawanan dengan Islam, dan yang oleh karenanya para filosof harus dinyatakan sebagai orang ateis ialah:
1) Qadim-Nya alam.
2) Tidak mengetahuinya Tuhan terhadap soal-soal peristiwa kecil.
3) Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.

b. Epistimologi Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali memandang bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui dua cara. Pertama, melalui belajar dibawah bimbingan seorang guru, serta dengan menggunakan indera dan akal. Melalui cara ini, manusia mengenal inderawi, menghasilkan ilmu dan pengetahuan, serta mempelajari huruf dan keahlian. Kedua, melalui belajar yang bersifat Rabbani atau belajar Ladunni, dimana terungkap pengetahuan hati secara langsung melalui ilham dan wahyu.
Pengetahuan yang bersifat Rabbaniyah atau pengetahuan Ladunniyah adalah tingkatan tertinggi pengetahuan. Pengetahuan ini membutuhkan ibadah, kezuhudan Mujahadah (mendekatkan diri kepada Allah), dan olah batin (Riyadhah an-Nafs) atas akhlak yang mulia. Sepertinya al-Ghazali mengaitkan antara keluhuran dan kesempurnaan jiwa manusia dengan keluhurannya dalam memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, semakini meningkat dan luhur jiwa manusia melalui kontrakanya dengan Allah SWT, maka semakini berkembang pengetahuannya.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui alat indera dan akal adalah pengetahuan yang terbatas, dan pengetahuan itu sendiri tidak mengaitkan manusia dan alam ghaib. Sedangkan pengetahuan Rabbaniyah adalah satu-satunya pengetahuan yang mengaitkan manusia dengan Allah SWT. pengetahuan inilah yang dapat membuat manusia memperoleh ketenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan pengetahuan sejati. Dan manusia tidak akan memperoleh pengetahuan Rabbaniyah, kecuali melalui pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, dan pendekatan jiwa dengan sifat-sifat terpuji yang membuatnya siap menerima pengetahuan Rabbaniyah, yaitu pengetahuan sejati.

c. Aksiologi Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali orang sufi benar-benar berada di atas jalan yang benar , berakhlak yang baik dan berpengetahuan. Manusia sejauh mungkin meniru perangai dan sifat-sifat Tuhan seperti pengasih, penyayang, pengampun (pemaaf), dan sifat-sifat yang disukai Tuhan, sabar, jujur, takwa, ikhlas, zuhud, beragama dan sebagainya. Dalam Ihya ‘Ulumuddin itu Al-Ghazali mengupas rahasia-rahasia ibadat dan tasawuf dengan mendalam sekali. Misalnya dalam mengupas soal at-thaharah ia tidak hanya mengupas kebersihan badan lahir saja, tetapi juga kebersihan rohani.
Dalam penjelasannya yang panjang lebar tentang salat, puasa, dan haji. Kita dapat menyimpulkan bahwa bagi Al-Ghazali semua amal ibadah yang wajib itu merupakan pangkal dari segala jalan pembersihan rohani.
Al-Ghazali melihat sumber kebaikan manusia itu terletak pada kebersihan rohaninya dan asa akrabnya terhadap Tuhan. Sesuai dengan prinsip Islam, Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat memelihara dan menyebarkan rahmat bagi sekalian alam. Alghazali juga sesuai dengan prinsip Islam, mengakui bahwa kebaikan tersebar di mana-mana, juga materi. Hanya pemakainya yang disederhanakan, yaitu kurangi nafsu dan jangan berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar