Pandangan
Aliran Realisme Dalam Pendidikan
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah
gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran
realisme adalah:
1. Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan
fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan
kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme)
2. Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan
berpikir
3. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung
pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh
pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran
pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta
4. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang
diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh
kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam,
dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban.
Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan
yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena
itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap
berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada
tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis
pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam
pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan
pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan
kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah
bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan
terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap
minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Implikasi Aliran
Realisme Dalam Pendidikan
Aliran realisme juga memiliki
implikasi terhadap dunia pendidikan (Fajar, 2010: 1) sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan. Pendidikan pada dasarnya bertujuan agar para siswa
dapat bertahan hidup di dunia yang
bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia. Dengan jalan memberikan pengetahuan
yang esensial kepada para siswa, maka mereka akan dapat bertahan hidup di dalam
lingkungan alam dan sosialnya.
2. Kurikulum Pendidikan. Kurikulum sebaiknya meliputi:
sains/IPA dan matematika,
Ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial, serta nilai nilai.
Sains dan matematika sangat
dipentingkan. Keberadaan sains dan matematika dipertimbangkan sebagai lingkup yang sangat penting
dalam belajar. Sebab,
pengetahuan tentang alam memungkinkan umat
manusia untuk dapat
menyesuaikan
diri serta tumbuh
dan
berkembang dalam lingkungan alamnya. Ilmu kemanusiaan tidak seharusnya diabaikan, sebab ilmu kemanusiaan diperlukan setiap individu untuk
menyesuaikan diri
dengan
lingkungan sosialnya. Kurikulum hendaknya menekankan pengaruh lingkungan sosial terhadap kehidupan individu.
3.
Metode Pendidikan. “Semua
belajar tergantung pada pengalaman, baik pengalaman langsung maupun tidak langsung (seperti
melalui membaca buku
mengenai hasil pengalaman orang lain),
kedua-duanya perlu disajikan kepada siswa. Metode penyajian hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan
merupakan metode utama
yang
diterima oleh para filsuf Realisme yang merupakan penganut Behaviorisme” (Edward J. Power). Metode mengajar
yang disarankan para filosof Realisme bersifat otoriter. Guru mewajibkan para siswa
untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta; mengiterpretasi
hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru.
4.
Peranan Guru dan Siswa. Guru adalah
pengelola kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas (classroom is teacher-centered); guru
adalah penentu materi pelajaran; guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan
mata pelajaran, dan membuat
mata
pelajaran sebagai sesuatu yang kongkrit untuk dialami siswa. Dengan demikian
guru harus berperan
sebagai “penguasa pengetahuan; menguasai keterampilan teknik-teknik mengajar; dengan kewenangan membentuk
prestasi siswa”. Adapun siswa berperan untuk “menguasai pengetahuan yang diandalkan; siswa harus
taat pada aturan dan berdisiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk
belajar, disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk berbagai tingkatan keutamaan” (Edward
J. Power).
Pendidikan yang didasari oleh realisme bertujuan agar
peserta didik menjadi manusia bijaksana secara intelektual yang dapat memiliki
hubungan serasi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implikasi pandangan
realisme adalah sebagai berikut:
a.
Tujuan pendidikannya membentuk
individu yang dapat menyelesaikan diri dalam masyarakat dan memilki tanggung
jawab pada masyarakat.
b.
Kedudukan peserta didik ialah
memperoleh intruksi dan harus menguasai pengetahuan. Disiplin mental dan moral
diperlukan dalam setiap jenjang pendidikan.
c.
Peran guru adalah menguasai materi,
memiliki keterampilan dalam pedagogi untuk mencapai tujuan pendidikan.
d.
Kurikulum yang dikembangkan bersifat
konfrehensif yaitu memuat semua pengetahuan yang penting. Kurikulum realis
menghasilkan pengetahuan yang luas dan praktis.
e.
Metode yang dilaksanakan didasari
oleh keyakinan bahwa senua pembelajaran tergantung pada pengalaman. Oleh
karenanya pengalaman langsung dan bervariasi perlu dilaksanakan oleh peserta
didik. Metode penyampaian harus logis dan didukung oleh pengetahuan psikologis.
Sumber: Sadulloh, uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar