· Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan adanya sintesa antara
ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan
spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini
adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang
dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah
adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan
ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata
dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi
berpikir juga merupakan gerak.
· George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat
ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman
seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung
asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara
aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih,
melaksanakan).
Selain itu juga
di warnai dengan pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan
realisme. Imam Bernadib (1981), menyebutkan beberapa tokoh utama yang
berperan dalam penyebaran aliran esensialisme, yaitu:
·
Desiderius
Erasmus, humananis Belanda yang hidup pada akhir abad
15 dan permulaan abad 16, yang merupakan tokoh pertama yang menolak pandangan
hidup yang berpijak pada dunia lain.
·
Johann Amos
Comenius yang hidup diseputar tahun 1592-1670, adalah
seorang yang memiliki pandangan realis dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa
pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan,
karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
·
Johann
Friederich Herbert yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagais alah
seorang murid Immanuel Kant yang berpendapat dengan kritis, herbert berpendapat
bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan
dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah
yang disebut proses pencapaian tujuan pendidikan oleh Herbert sebagai
‘pengajaran yang mendidik’.
Sumber:
Joe Park, Selected Readings in the Philosophy, New York,
Macmillian Publishing Co, Inc. 1974
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yayasan Peerbit FIP
IKIP, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar