Konsep
pendidikan menurut eksistensialisme adalah pengembangan daya kreatif dalam diri
anak-anak, bukan saja sebagai pribadi atau individu, tetapi anak adalah suatu
realitas. Dengan demikian, pendidikan adalah sama dengan realitas itu sendiri.
Setiap anak dilahirkan dengan sifat-sifat bawaan yang berasal “dari sana”,
yaitu yang diwariskan dari khasanah seluruh ras manusia. Oleh karena itu,
setiap anak dilahirkan dengan ciri khas, namun masih harus dikembangkan, yang
merupakan suatu realitas besar. Apa arti perkembangan daya kreatif? Artinya
adalah panggilan illahi bagi kehidupan yang bersembunyi dalam ketiadaan.
Selanjutnya,
Power (1982; 141-144) menjelaskan, bahwa pendidikan menurut eksistensialisme
mempunyai dua tugas utama, yaitu pemenuhan tujuan-tujuan personal dan
mengembangkan rasa kebebasan dan rasa tanggung jawab. Dalam pemenuhan
tujuan-tujuan personal, sekolah harus berusaha memperkenalkan siswa kepada
kehidupan. Mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di sekolah hanyalah sebagai
sarana untuk realisasi dari subyektivitas. Dalam realisasi ini dibutuhkan pula
mengadopsi seperangkat nilai, yaitu suatu kaidah tingkahlaku yang sesuai dengan
kehidupan personal. Nilai dapat bersumber dari pengalaman murni, atau dari
warisan leluhur, atau bersumber dari hukum alam atau hukum supernatural.
Dalam
mengembangkan kebebasan dan rasa tanggung jawab, pendidikan memberikan
kebebasan pada seseorang yang dalam posisi moralnya mampu memilih suatu nilai
yang baik untuk dirinya dan baik untuk orang lain. Pendidikan yang baik ialah
mempersiapkan seseorang agar memiliki kebebasan, dan pada saat yang sama
menghargai kebebasan semua orang lainnya,“ I am responsible for my self and
for all”. Berkenaan dengan hal tersebut, guru berfungsi sebagai penyampai
misi kebebasan dan tanggung jawab lebih dari sekedar pengajar mata
pelajaran-mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Dengan demikian
kurikulum dirancang untuk menghasilkan manusia bebas bukan manusia budak.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan
semua potensinya untuk pemenuhan diri dan memberi bekal pengalaman yang luas
dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
Setiap
individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan
pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang
pasti dan ditentukan berlaku secara umum.
2. Peran guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari
ini, besok lusa menjadi murid(power 1982)
Para guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan memberi
mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari
kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan keyakinan banyak orang,
tidak berarti bahwa para siswa boleh melakukan apa saja yang mereka sukai :
logika menunjukkan bahwa kebebasan memiliki aturan, dan rasa hormat akan
kebebasan orang lain itu penting.
Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan dirinya dalam
suatu dialog. Guru menanyakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan
mengajukan ide-ide lain, kemudian guru membimbing siswa untuk mengarahkan siswa
dengan seksama sehingga siswa mampu berpikir relatif dengan melalui
pertanyaan-pertanyaan.
3.
Peserta Didik
Aliran eksistensialisme memandang siswa sebagai makhluk rasional dengan
pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya dan siswa dipandang sebagai
makhluk yang utuh yaitu yang akal pikiran, rohani, dan jasmani yang semua itu
merupakan kebulatan dan semua itu perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan
melaksanakan kebebasan pribadi, para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung
jawab pribadi dan sosial.
4.
Kurikulum
Aliran eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu
tingkatan kepekaan personal yang disebut Greene “kebangkitan yang luas”.
Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberi para siswa kebebasan individual
yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik kesimpulan mereka
sendiri.
Menurut pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran tertentu
yang lebih penting daripada yang lainnya. Mata pelajaran merupakan materi dimana
individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya.
Kurikulum eksistensialisme memberikan perhatian yang besar terhadap
humaniora dan seni. Karena kedua materi tersebut diperlukan agar individu dapat
mengadakan introspeksi dan mengenalkan gambaran dirinya. Pelajaran harus
didorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan, serta memperoleh pengetahuan yang diharapkan.
Kurikulum yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum liberal merupakan
landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan-aturan. Oleh karena
itu, disekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa
hormat) terhadap kebebasan untuk semua.
5.
Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang
metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara untuk
mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan
eksistensialisme. Siswa memiliki hak untuk menolak interpretasi guru tentang
mata pelajaran. Sekolah merupakan suatu forum dimana para siswa mampu berdialog
dengan teman-temannya, dan guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam
pemenuhan dirinya.
6.
Evaluasi
Eksistensialisme
berpandangan bahwa eksistensi di atas dunia selalu terkait pada
keputusan-keputusan individu, artinya, andaikan individu tidak mengambil suatu keputusan
maka pastilah tidak ada yang terjadi. Individu sangat menentukan terhadap
sesuatu yang baik, terutama sekali bagi kepentingan dirinya. Jadi menurut
aliran ini manusia itu sendirilah yang dapat menentukan seseuatu itu baik atau
buruk. Ungkapan dari aliran ini adalah “ Truth is subjectivity” atau kebenaran
terletak pada pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya apabila keputusan
itu tidak baik bagi pribadinya maka itulah yang buruk.
Sumber: Power, (1982; 145)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar