Dalam Pragmatisme terdapat tiga
tokoh yang berpendapat :
a. Charles
Sandre Peirce ( 1839 M )
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa,
sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada
kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan
suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu
teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah. Dari kedua pernyataan
itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar
ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari
kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat
dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu
praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
Peirce mengemukakan dua metode yaitu
metode pragmatik dan prosedur penetapan makna. Yang dimaksud metode
pragmatik merupakan sebuah ide yang kita pikirkan itu bisa menjadi jelas.
Metode pragmatik bukan dimaksudkan untuk menetapkan makna semua ide melainkan
untuk konsep intelektual yang dimiliki struktur argumentatif atas fakta
obyektif.\
Prosedur
Penetapan Makna merupakan
urunan lain yang dari Peirce pada pragmatisme. Pertama, suatu makna itu kosong
bila tak dapat diaplikasikan dalam situasi. Kedua, untuk dapat memberikan
makna kita harus membangun sekema sebagai kerangka teoretik untuk mendapatkan
isi konsep empirik yang signifikan.
b. William
James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak
Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi,
pemikir yang kreatif.Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan
intelektual yang tinggi.Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan
serta mengembangkannya.Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.Pokoknya,
kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha kreatif
untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Menurut William James pragmatisme adalah realitas
sebagaimana yang kita ketahui. Dan menurut pendapatnya lagi Pragmatisme
adalah filsafat praktis karena ia memberikan kontrol untuk bertindak bagi
kebutuhan, harapan, serta keyakinan manusia untuk sebagian dari masa depannya.
Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James
mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang
mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap
benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena
itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya,
dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus
yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada
akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang
disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi
pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.
Di dalam bukunya, The Varietes of Religious Experience atau
keanekaragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan
itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang
mengungkapkan diri di dalam kesadaran dengan cara yang berlainan. Barangkali di
dalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu relitas cosmis yang lebih tinggi
tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan
hal itu secara mutlak. Bagi orang perorangan, kepercayaan terhadap suatu
realitas cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang relatif,
sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan
keberanian hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama dan
lain-lain.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada Dewey
yang mempraktekkannya dalam pendidikan.Pendidikan menghasilkan orang Amerika
sekarang.Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap
generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey.Apa yang paling
merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak
ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final.
Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk
mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
c. John
Dewey (1859-1952 M)
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun
menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James Dewey
adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki
kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta
aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.Sebagai pengikut pragmatisme,
John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi
perbuatan nyata.Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis
yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
instrumentalisme. Dalam teori inkuirinya Dewey mengembangkan filsafatnya
sebagai berikut :
Situasi di sekeliling kita itu sebagai pengalaman pertama
merupakan situasi indeterminate , maka dengan berfikir reflektif,
situasi tersebut menjadi determinate, atas refleksi kita. Pengalaman
itu sendiri adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh
karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara
aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma
dan nilai-nilai.
Proses inkuiri tersebut untuk sampai kepada pencitraan
determinate tersebut melalui hipotesis atau plan of actiaon yang selanjutnya
diuji secara eksperimental. Dalam proses inkuiri tersebut John Dewey bukan
mencari benar salah, melainkan mencari efektif atau tidaknya. Hasil efektif
sebagai ends akan menjadi means pada inkuiri berikutnya, sehingga
akan menjadi matarantai berkelanjutan means – ends – means – end –
means - ends. Itulah Instrumentalisme John Dewey.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu
teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara
utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki
bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai
penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti
tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme.Pertama, kata “temporalisme”
yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.Kedua, kata
futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga,
milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar