Kamis, 22 Desember 2016

Tokoh-tokoh Aliran Pragmatisme



Dalam Pragmatisme terdapat tiga tokoh yang berpendapat :
a.    Charles Sandre Peirce ( 1839 M )
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah. Dari kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
Peirce mengemukakan dua metode yaitu metode pragmatik dan prosedur penetapan makna. Yang dimaksud metode pragmatik merupakan sebuah ide yang kita pikirkan itu bisa menjadi jelas. Metode pragmatik bukan dimaksudkan untuk menetapkan makna semua ide melainkan untuk konsep intelektual yang  dimiliki struktur argumentatif atas fakta obyektif.\
Prosedur Penetapan Makna merupakan urunan lain yang dari Peirce pada pragmatisme. Pertama, suatu makna itu kosong bila tak dapat diaplikasikan dalam situasi. Kedua, untuk dapat  memberikan makna kita harus membangun sekema sebagai kerangka teoretik untuk mendapatkan isi konsep empirik yang signifikan.
b.    William James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif.Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual yang tinggi.Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya.Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Menurut William James pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Dan menurut pendapatnya lagi Pragmatisme adalah filsafat praktis karena ia memberikan kontrol untuk bertindak bagi kebutuhan, harapan, serta keyakinan manusia untuk sebagian dari masa depannya.
Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.
Di dalam bukunya, The Varietes of Religious Experience atau keanekaragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri di dalam kesadaran dengan cara yang berlainan. Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu relitas cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan hal itu secara mutlak. Bagi orang perorangan, kepercayaan terhadap suatu realitas cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang relatif, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan.Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang.Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey.Apa yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
c.    John Dewey (1859-1952 M)
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James Dewey adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Dalam teori inkuirinya Dewey mengembangkan filsafatnya sebagai berikut :
Situasi di sekeliling kita itu sebagai pengalaman pertama merupakan situasi indeterminate , maka dengan berfikir reflektif, situasi tersebut menjadi determinate, atas refleksi kita. Pengalaman  itu sendiri adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Proses inkuiri tersebut untuk sampai kepada pencitraan determinate tersebut melalui hipotesis atau plan of actiaon  yang selanjutnya diuji secara eksperimental. Dalam proses inkuiri tersebut John Dewey bukan mencari benar salah, melainkan mencari efektif atau tidaknya. Hasil efektif sebagai ends akan menjadi means pada inkuiri berikutnya, sehingga akan menjadi matarantai berkelanjutan means – ends – means – end – means  - ends. Itulah Instrumentalisme John Dewey.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme.Pertama, kata “temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar