Sabtu, 10 Desember 2016

Pemaduan Filsafat Dengan Agama Menurut Al-Kindi



Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama atau antara akal dan wahyu. Al Kindi mempertemukan agama dan filsafat atas dasar pertimbangan bahwa filsafat ialah ilmu tentang kebenaran dan agama juga adalah ilmu tentang kebenaran. Oleh karena itu, maka tidak ada perbedaan antara keduanya. Pengaruh golongan Mu’tazilah nampak jelas pada jalan pikirannya, ketika ia menetapkan kesanggupan akal manusia untuk megetahui rahasia-rahasia apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ilmu filsafat pertama yang meliputi ketuhanan, keesaan, keutamaan dan ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana cara memperoleh hal-hal yang berguna dan menjauhkan hal-hal yang merugikan, dibawa juga oleh Rasul-rasul dari Tuhan.
Menurut al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan mengambilnya darimana pun datangnya, meskipun dari bangsa-bangsa lain yang jauh letaknya dari kita. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan martabat orang yang menerimanya. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Orang yang mengingkari filsafat, berarti mengingkari kebenaran, dan oleh karenanya maka ia mejadi kafir. Bahkan lawan-lawan filsafat memerlukan sekali kepada filsafat untuk memperkuat alasan-alasannya dan tidak perlunya berfilsafat.
Dalam usaha pemanduannya ini, Al-Kindi juga membawakan ayat-ayat al-Qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan anjuran al-Qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala fenomena dialam semesta ini. Diantara ayat-ayatnya adalah surat al-Nasyr {59}:2
  ...فاعتبروا يا ا ولى الابصار
..............Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.
Dengan demikian, Al-Kindi telah membuka pintu bagi penafsiran filosofis terhadap al-Qur’an, sehingga menghasilkan persesuaian antara wahyu dan akal dan antara filsafat dan agama.

Sumber:
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar