Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan
segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi
esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran
kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya kurikulum
esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme,
realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
Fungsi utama sekolah adalah untuk membina suatu tempat refrensi untuk
anak didik dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan trsdisi yang sudah berkembang
sedemikian rupa. Sekolah tinggal merealisasikannya, mengadakan seleksi dan
menentukan apa yang sebenarnya baik dan benar untuk dipelajari anak didik.
a. Pandangan esensialisme
mengenai belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi
individu dengan menitikberatkan pada individu tersebut. Menurut idealisme, bila
seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus
bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dengan mengambil landasan fikir,
belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya
sebagai substansi spiritual yang jiwanya membina dan menciptakan diri sendiri.
Belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial
angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada
angkatan berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua
jenis, yaitu determinasi mutlak dan determinasi terbatas. Determinisme mutlak,
menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat
dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini.
Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana
hidup yang harmonis. Determinisme terbatas,
memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun
pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak
dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas
yang diperlukan.
b. Pandangan Esensialisme
Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah
berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu
bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri
masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan
ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan
anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah
ditentukan.
Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan
sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu
kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan dan sikap
yang berlaku di dalam kebudayaaan yang demokratis.
Kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada urgensi yang ada di dalam
kebudayaan tempat hidup si anak”.
c. Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai
dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam
masyarakatnya serta membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan,
warisan sosial, dan membina kemampuan penyesuaian diri individu kepada
masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan
dan ilmu pengetahuan.
d. Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan
bahwa lembaga-lembaga dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal
dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan
melalui pendidikan.
e. Teori Pendidikan Menurut Eensialisme
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan
adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian
adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan,
sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti
(esensial) dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar
akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
2. Metode Pendidikan
Pendidikan berpusat
pada guru (teacher centered). Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak
betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka haru dipaksa belajar.
Oleh karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan
memusatkan diri pada penggunaan metode-metode tradisional yang tepat. Metode
utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian
tugas; dan penguasan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan
membaca.
3. Kurikulum
Kurikulum berpusat pada
mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum
Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan
dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan
sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai
suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup
sempurna. Studi yang ketat tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan
kesadaran pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik
yang mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan
disiplin-disiplin yang inti adalah wajib.
4. Pelajar
Siswa adalah makhluk
rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang siap
melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah bertanggungjawab
atas pemberian pelajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa
untuk menuntut hasil belajar siswa.
5. Pengajar
Peranan guru kuat dalam
mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas. Guru berperanan sebagai
sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan atau
gagasan-gagasan.
Sumber: As Said,
Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. 2011. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar