Agama berasal dari bahasa Sansekerta berasal dari kata a dan gama. A berarti “tidak” dan gama “kacau”. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau, tidak semraut, hidup menjadi lurus dan benar.
Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu
ilmu yang meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu
direalisasikan dalam ibadat-ibadat. Kata religi berasal dari bahasa
Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Agama memang
merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul
dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal
dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang
mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang beragama tetap terikat
dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama.
Sidi Gazalba mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan kata relegere asal kata religi mengandung makna
berhati-hati. Sikap berhati-hati ini disebabkan dalam religi terdapat
norma-norma dan aturan yang ketat. Dalam religi ini orang Roma mempunyai
anggapan bahwa manusia harus hati-hati terhadap Yang kudus dan Yang suci tetapi
juga sekalian tabu. Yang kudus dipercayai mempunyai sifat baik dan
sekaligus mempunyai sifat jahat.
Religi juga merupakan kecenderungan asli rohani
manusia yang berhubungan dengan alam semeseta, nilai yang meliputi segalanya,
makna yang terakhir hakikat dari semua itu. Religi mencari makna dan nilai yang
berbeda-beda sama sekali dari segala sesuatu yang dikenal. Karena itulah
religi tidak berhubungan dengan yang kudus. Yang kudus itu belum tentu Tuhan
atau dewa-dewa. Dengan demikian banyak sekali kepercayaan yang biasanya disebut
religi, pada hal sebenarnya belum pantas disebut religi karena hubungan antara
manusia dan yang kudus itu belum jelas. Religi-religi yang bersahaja dan
Budhisme dalam bentuk awalnya misalnya menganggap Yang kudus itu bukan Tuhan
atau dewa-dewa. Dalam religi betapa pun bentuk dan sifatnya selalu ada
penghayatan yang berhubungan dengan Yang Kudus.
Manusia mengakui adanya ketergantungan kepada
Yang Mutlak atau Yang Kudus yang dihayati sebagai kontrol bagi
manusia. Untuk mendapatkan pertolongan dari Yang Mutlak itu manusia
secara bersama-sama menjalankan ajaran tertentu.
Jadi religi adalah hubungan antara manusia
dengan Yang Kudus. Dalam hal ini yang kudus itu terdiri atas berbagai
kemungkinan, yaitu bisa berbentuk benda, tenaga, dan bisa pula berbentuk
pribadi manusia.
Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa agama
ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia
dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan
doktrin tertentu. Karena dalam definisi yang dikemukakan di atas terlihat
kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum, Gazalba
mengemukakan definisi agama Islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang
direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan
al-Quran dan Sunnah.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama
yang diambil dari pengertian din al-haq ialah sistem hidup yang diterima
dan diridoi Allah ialah sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas
dasar itu manusia tunduk dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu mencakup
berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan
yang disyari`atkan Allah untuk manusia.
Selanjutnya dijelaskan bahwa agama itu dapat
dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu agama yang menekankan kepada iman dan
kepercayaan dan yang ke dua menekankan kepada aturan tentang cara hidup. Namun
demikian kombinasi antara keduanya akan menjadi defi-nisi agama yang lebih
memadai, yaitu sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan
tersebut, atau cara hidup lahir dan batin.
Bila dilihat dengan seksama istilah-istilah itu
bermuara kepada satu fokus yang disebut ikatan. Dalam agama terkandung
ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap manusia, dan
ikatan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan
itu bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal dari kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia.
Sumber:
A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian
dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis Jakarta: Bumi
Aksara,2001
Nasution Harun, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1979
Gazalba Sidi, Ilmu Filsafat dan
Islam tentang Manusia dan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1978
Ahmad Muhammad Abdul Qadir, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, terjemahan dari Turuq al-Ta`lim al-Tarbiyah
al-Islamiyyah, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1984-1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar