Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Pancasila
sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat
pancasila (Soeryanto, 1991 : 50). Oleh karena itu dasar epistemologis pancasila
tidak dapat dipisahkan degan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau
manusia merupakan basis ontologis dari pancasila, maka dengan demikian
mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan epistemologi
yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia (Pranarka 1996 : 32).
Menurut Titus (1984 : 20) terdapat tiga persoalan yang
mendasar dalam epistemologi, yaitu:
· Tentang sumber pengetahuan manusia
· Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
· Tentang watak pengetahuan manusia
Persoalan epistemologi dalam hubungannya dengan Pancasila dapat
dirinci sebagai berikut:
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi
masalah sumber pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila. Tentang
sumber pengetahuan pancasila, sebagai mana dipahami bersama bahwa sumber
pengetahuan pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri, bukan berasal dari bangsa lain, bukan hanya merupakan perenungan serta
pemikiran seseorang atau beberapa orang saja namun dirumuskan oleh wakil-wakil
bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara. Dengan kata lain perkataan bahwa
bangsa Indonesia adalah sebagai kausa matereais pancasila. Sebagai suatu system
pengetahuan maka pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logi baik
dalam arti susunan sila-sila pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila.
Susan kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk
pyramidal,dimana sila pertama pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila
lainnya sera sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai
sila-sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila
pertama dan kedua serta mendasari dan menjiwai sila-sila keempat dan kelima,
sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga serta
mendasari dan menjiwai sila kelima, adapun sila kelima didasari dan dijiwai
sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Demikianlah maka susunan sila-sila
pancasila memiliki system logis baik yang menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis pancasila juga menyangkut isi arti
sila-sila pancasila. Susunan isi arti pancasila meliputi tiga hal yaitu :
pertama,
isi arti pancasila yang umum universal yaitu hakikat sila-sila pancasila. Isi arti
sila-sila pancasila yang umum universal ini merupakan intisari atau esensi
pancasila shingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan pada
bidang-bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi
praksis dalam berbagai bidang kehidupan kongkrit.
Kedua,
isi arti pancasila yang kolektif, yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman
kolektif Negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
Ketiga,
isi arti pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit yaitu isi arti pancasila
dalam realisasi praksis dalam berbagai kehidupan ehingga memeliki sifat yang khusus
kongkrit serta dinamis.
Kemudian pandangan Pancasila tentang pengetahuan manusia. hakikat
manusia sebagai makhluk monopluralis merupakan dasar pijak epistemologi
Pancasila. Menurut Pancasila bahwa hakikat manusia sebagai makhluk monopluralis
adalah hakikat manusia yang memiliki unsur-unsur pokok, yitu susunan kodrat
yang teridiri atas raga (jasmani) dan jiwa (rohani).selain itu manusia juga
memiliki indra sehingga dalam proses reseptif indra merupakan alat untuk
mendapatkan kebenaran pengetahuan yang bersifat empiris. Maka Pancasila juga
mengakui kebenaran empiris terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan manusia
yang bersifat positif. Potensi yang terdapat dalam diri manusia untuk
mendapatkan kebenaran terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan positif
Pancasila juga mengakui kebenaran pengetahua manusia yang bersumber pada
intuisi. Manusia yang pada hakikatnya merupakan makhluk Tuhan Yang maha Esa
sesuai dengan sila pertama Pancasila yang mengakui kebenaran Pancasila sebagai
kebenaran yang tertinggi. Sedangkan sila ketiga, keempat, dan kelima mengakui
kebenaran bahwa pada hakikatnya manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai
suatu paham epistemologi maka Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatya tidak bebas dari nilai karena harus diletakkan pada
moralitas kodrat manusia serta moralitas religius.
Sumber:
Notonagoro.1982. Beberapa
Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta: Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar