Senin, 26 Desember 2016

Cara Penemuan Kebenaran



Cara untuk menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari berbagai cara untuk  menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang ilmiah dan yang nonilmiah. Cara untuk menemukan kebenaran sebagaimana diuraikan oleh Hartono Kasmadi, dkk., sebagai berikut:
a.    Dengan Cara Non-Ilmiah
1.    Penemuan secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang berlangsung tanpa disengaja. Cara ini tidak dapat diterima dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu. Penemuan kebenaran secara kebetulan atau melalui coba-coba didasarkan atas pikiran logis semata.  Misalnya, seorang anak yang terkunci dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba keluar lewat jendela dan berhasil.
2.    Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan
Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah. Contohnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman profesional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor). Pendapat mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian, namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.
3.    Penemuan Melalui Akal Sehat (common sence)
Adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah pernyataan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.
4.    Penemuan Melalui Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat dan kebanyakan diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan generalisasi yang terlalu dipaksakan, generalisasi dari hubungan sebab akibat, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.
5.    Penemuan Melalui Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang berdasarkan atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
b.   Dengan Cara Ilmiah
Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun atas teori-teori tertentu.  Kita dapat pahami bahwa teori-teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-data empiris yang ditemukan di lapangan. 
Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah yang harus dilewati, yaitu:
1.    Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja, namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan yang diterimanya.
2.    Analitik
Cara ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya.  Dengan cara ini maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3.    Kritis
Cara berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara objektif.  Hal ini dilakukan agar semua data dan pola berpikir yang diterapkan selalu logis.

Sumber:
Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar