Cara
untuk menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari berbagai cara untuk menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang
ilmiah dan yang nonilmiah. Cara untuk menemukan kebenaran sebagaimana diuraikan
oleh Hartono Kasmadi, dkk., sebagai berikut:
a. Dengan Cara Non-Ilmiah
1.
Penemuan secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan
adalah penemuan yang berlangsung tanpa disengaja. Cara ini tidak dapat diterima
dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu. Penemuan kebenaran secara kebetulan atau melalui
coba-coba didasarkan atas pikiran logis semata. Misalnya,
seorang anak yang terkunci dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba keluar
lewat jendela dan berhasil.
2. Penemuan Melalui Otoritas atau
Kewibawaan
Pendapat orang-orang yang memiliki
kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering
diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada
pembuktian ilmiah. Contohnya Doktor atau seseorang
dengan pengalaman profesional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup
banyak (profesor). Pendapat mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran
tanpa diuji, karena apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal, pendapat
otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak disandarkan
pada hasil penelitian, namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.
3. Penemuan Melalui Akal Sehat (common
sence)
Adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunan
praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah pernyataan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal khusus. Sedangkan bagan konsep adalah
seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.
4.
Penemuan
Melalui Prasangka
Penemuan
pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat dan kebanyakan diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah
berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan
generalisasi yang terlalu dipaksakan, generalisasi dari hubungan sebab
akibat, sehingga
hal tersebut menjadi prasangka.
5.
Penemuan
Melalui Pendekatan Intuitif
Dalam
pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang berdasarkan
atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang
tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang
memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
b. Dengan Cara Ilmiah
Penemuan
kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan
dibangun atas teori-teori tertentu. Kita
dapat pahami bahwa teori-teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah,
yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan
data-data empiris yang ditemukan di lapangan.
Teori yang
ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika
penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama
maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai
pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah yang
harus dilewati, yaitu:
1.
Skeptik
Cara
berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima
kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja,
namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan
yang diterimanya.
2.
Analitik
Cara ini
ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha
menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan
mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya.
Dengan cara ini maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan
dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3.
Kritis
Cara
berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara
objektif. Hal ini dilakukan agar semua
data dan pola berpikir yang diterapkan selalu logis.
Sumber:
Surajiyo.
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar