Pemikiran Kant
mengalami empat periode perkembangan, yaitu:
a. Periode pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz-Wolf,
yaitu sampai tahun 1760. Periode ini sering disebut periode rasionalistik.
b. Periode kedua berlangsung antara tahun 1760–1770, yang ditandai dengan
semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode empiristik karena
dominasi pemikiran empirisme Hume. Karyanya yang muncul dalam periode ini
adalah Dream of a Spirit Seer.
c. Periode ketiga dimulai dari inaugural disertasinya pada tahun 1770.
Periode ini bisa dikenal sebagai periode kritis. Karyanya yang muncul dalam
periode ini diantaranya: The Critique of Pure Reason (1781), Prolegomena
to any Future Methaphysics (1787), Metaphysical Foundation of Rational
Science (1786), Critique of Practical Reason (1788), Critique
of Judgment (1790).
d. Periode keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804. Pada
periode ini Kant mengalihkan perhatiannya pada masalah religi dan
problem-problem sosial. Karya Kant yang terpenting pada periode keempat
adalah Religion within the Limits of Pure Reason (1794) dan
sebuah kumpulan essei berjudul Eternal Peace (1795).
Pada awalnya Immanuel Kant memandang rasionalisme dan
empirisme senantiasa berat sebelah dalam menilai akal dan pengalaman sebagai
sumber pengetahuan. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber
pengenalan atau pengetahuan. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi
pembukaan realitas pada diri subyeknya, lepas dari pengalaman. Sedangkan
empirisme berpendirian bahwa pengalaman menjadi sumber pengetahuan. Empirisme
mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja.
Menurut Kant, pengenalan manusia merupakan sintesis
antara unsur-unsur a priori dan unsur-unsur a posteriori, yaitu
unsur rasio/akal dan juga unsur inderawi/pengalaman. Menurutnya akal murni itu
terbatas, menghasilkan pengetahuan tanpa dasar inderawi atau independen dari
alat pancaindera.
Hal inilah yang kemudian memicu Kant bersikap kritis
untuk menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan
manusia, yang kemudian melahirkan filsafat kritisisme, atau ada juga yang
menyebutnya dengan Kanteisme. Dari sikap kritis Kant itulah muncul
pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya:
1. Apa yang dapat saya ketahui?
2. Apa yang harus saya lakukan?
3. Apa yang boleh saya harapkan?
Sumber: Praja, Juhaya.
S. Aliran-Aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Kencana, 2010.
Hakim, Atang Abdul, dkk. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka
Setia, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar