Istilah ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”,
dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan.
Menurut istilah ontologi adalah ilmu
yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani.
Disisi
lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip
yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada. Ontologi pertama
kali diperkenalkan oleh Rudolf.
Dalam perkembangannya Cristian Wolff membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum
dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology.
Ontologi sering diidentikan dengan
metafisika yang juga disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau
filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan,
sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya.
Objek material ontologi ialah yang ada,
yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal,
ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun
sumber segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi
pendekatan kualitif, realitas trampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
menjadi telaah monism, paralerisme atau pluralisme.
Hubungan antara ontologi dengan pendidikan
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi
mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang
ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi
pendidikan adalah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh
kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati
posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak
undang-undang dasarnya dunia ilmu.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah
secara :
1. Metodis : Menggunakan
cara ilmiah.
2. Sistematis : Saling
berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu keseluruhan.
3. Koheren : Unsur –
unsur harus bertautan tidak boleh mengandung
uraian yang bertentangan.
4. Rasional : Harus
berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis)
5. Komprehensif : Melihat
obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara
multidimensional atau secara keseluruhan.
6. Radikal :
Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
7. Universal : Muatan
kebenaranya sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja.
Sumber:
WibSurajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Susanto, A. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Idi, Jalaluddin Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar