1.
Aliran Idealisme
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat
pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Filsafat idealisme secara umum disebut sebagai filsafat abad 19.
namun sebenarnya konsep-konsep idealisme sudah ada sejak abad 4 masehi, yaitu
dalam ajaran Plato. Plato memercayai bahwa segala sesuatu yang dapat diinderai
adalah kenampakan semata. Realitas yang sesungguhnya adalah ide-ide, atau
bentuk-bentuk asal dari kenampakan itu. Ide-ide itu merupakan dunia “universal
abadi” yang tidak berubah. Apa yang nampak hanyalah refleksi atau bayangan dari
konsep-konsep yang ada dalam dunia “universal abadi,” maka selalu berubah.
Pandangan ini dimulai dari perenungan akan nilai-nilai dari kenampakan yang ada
di dunia ini. Plato menyimpulkan bahwa ada nilai dibalik kenampakkan itu, maka
tentu yang memberi nilai jauh lebih penting dari pada kenampakkan itu sendiri. Dan
ternyata yang memberi nilai atas kenampakkan itu adalah sesuatu yang metafisik,
yang tidak nampak, tetapi terus eksis, yaitu ide-ide.
Secara
umum idealisme adalah pandangan yang menganggap hal yang terpenting adalah
dunia ide-ide, sebab realitas yang sesungguhnya adalah dunia ide-ide tersebut.
Ide-ide tersebut bisa berupa pikiran-pikiran manusia rasional, bisa juga berupa
gagasan-gagasan kesempurnaan, seperti Tuhan, dan Moral tertinggi (Summum
Bonnum). Apa yang bisa diindera ini hanyalah bayangan atau imitasi dari ide-ide
itu. Oleh karena itu dunia yang dapat di indera ini bersifat tidak tetap.
Beranjak dari hal tersebut di atas, maka sejarah, alam, pikiran manusia itu
bisa menjadi bernilai atau memiliki makna oleh karena adanya ide dibalik
kenampakan. Pada awalnya gereja abad 19 menyambut dengan gembira konsep
idealisme ini, karena bagi mereka konsep ini memberikan jawaban rasional atas
kritikan materialisme dan sekulerisme. Cara untuk bisa mengetahui kebenaran ini
menurut filsuf idealisme adalah intuisi, pernyataan atau wahyu, dan rasio. Hal
ini berarti menunjukkan bahwa kritikan beberapa tokoh materialisme yang
mengatakan bahwa idealisme pada hakikatnya mengorbankan rasio, atau tidak masuk
akal, tidak berdasar.
2. Prinsip-Prisip
Idealisme :
a. Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan.Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b. Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini
bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang
ada dalam jiwa manusia.
c. Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap
roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan
manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang sebenarnya,
sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau
sukma.Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo
sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang
ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.
Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum
idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa
dari kejadian alam semesta ini.
Sumber: Tafsir, Ahmad.2000. Filsafat Umum. Bandung. Rosda.
Ihsan , A.
Fuad.2010. Filsafat Ilmu.Jakarta. Rineka Cipta.
H.B. Hamdani Ali, M.A.M.Ed.1986. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar