Teori Kebenaran
Konsistensi/Koherensi (teori keteguhan)
Teori ini
disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria
konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang
dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan tersebut.
Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para pendukung
idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924).
Tokoh teori ini adalah Spinosa, Hegel dan Bradley. Suatu
pengetahuan dianggap benar menurut teori ini adalah “bila suatu proposisi itu
mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai
benar”. Jadi, kebenaran dari pengetahuan itu dapat diuji melalui
kejadian-kejadian sejarah, atau melalui pembuktian logis atau matematis. Pada umumnya
ilmu-ilmu kemanusiaan, ilmu sosial, ilmu logika, menuntut kebenaran koherensi.
Teori ini
menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat
kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila
memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga
sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika sesuai
(koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contohnya: “Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang
manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati”.
Sumber:
Ahmad, Beni Saebani. “FILSAFAT ILMU: Kontemplasi Filosofis tentang
Seluk-beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan”. Bandung: Pustaka Setia,
2009
Kattsoff, Louis O. “Pengantar Filsafat”. Yogyakarta: Tiara
Wacana. 2004
Adib, Muhammad. “FILSAFAT ILMU: Ontologi, Epistimologi,
Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan”. Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2010
Suriasumantri, Jujun S. “FILSAFAT ILMU: Sebuah Pengantar Populer”.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar